Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Alloh Swt. Semoga Alloh Yang
Maha Mengetahui segala kejadian menggolongkan kita sebagai orang-orang
yang ihsan, selalu merasa disaksikan oleh Alloh. Sholawat dan salam
semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.
Ketika kita melakukan kemaksiatan atau dosa, maka ada dua tandanya yang akan muncul dalam hati kita, terasa oleh kita. Pertama, resah gelisah. Kedua, rasa takut jika sampai diketahui orang lain.
Dosa
itu menimbulkan kegelisahan, karena dosa itu seperti noda tinta yang
mengotori kain putih bersih, dosa menodai hati sehingga hati menjadi
kotor, keras dan buta. Dampaknya, tidak merasakan nikmatnya ibadah,
tidak terasa nikmatnya munajat kepada Alloh, sulit menerima nasehat.
Ketika seseorang berbuat dosa, apalagi semakin tinggi intensitasnya dan
lebih parahnya sudah terbiasa berbuat dosa, maka ia semakin jauh dari
mengingat Alloh dan semakin jauh dari ketenangan.
Alloh Swt. berfirman, “Orang-orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan berzikir
(mengingat) Alloh. Ingatlah, hanya dengan mengingat Alloh hati menjadi
tentram.” (QS. Ar Ra’du [13]: 28).
Orang yang berbuat dosa
juga semakin kering hatinya karena menjauh dari keikhlasan. Ketika ia
merasa takut perbuatannya diketahui orang lain, maka ia akan
menyembunyikan dirinya dalam sandiwara dan dusta. Sedangkan sekali dia
berdusta, maka akan semakin banyak dustanya karena ia harus menutupi
dusta demi dusta yang sudah ia lakukan. Akhirnya, yang ia fokuskan hanya
perhatian makhluk terhadap dirinya, bukan perhatian Alloh kepadanya.
Yang lebih ia takutkan perhatian makhluk, bukan perhatian Alloh
terhadapnya.
Saudaraku, ketika dua tanda ini muncul terasa pada
hati kita, ini adalah alarm untuk kita agar segera bertaubat. Semoga
kita termasuk hamba-hamba Alloh yang Alloh berikan kekuatan untuk peka
memahami sinyal-sinyal dosa dan bersegera mentaubatinya. Sesungguhnya
Alloh Maha Penerima Taubat. Aamiin yaa Robbal’aalamiin.[]
Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.
Editor : Rashid Satari
MENGENAL SIAPA PENCIPTA KITA, SIAPA KITA, DAN UNTUK APA KITA DI DUNIA INI
Selasa, 15 November 2016
Minggu, 13 November 2016
Antara Memiliki dan Diamanahi
Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Alloh Swt. Semoga Alloh Yang
Maha Menatap, menggolongkan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang husnul
khotimah. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi
Muhammad Saw.
Alloh Swt. berfirman, “Berimanlah kamu kepada Alloh dan Rosul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Alloh telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al Hadiid [57] : 7)
Penting untuk kita menyadari bahwa apa yang kita miliki bukanlah milik kita. Tiada lain kita hanyalah diamanahi saja oleh Alloh Swt. Ada perbedaan yang sangat besar antara merasa memiliki dengan merasa diamanahi.
Orang yang merasa memiliki cenderung memperlakukan apa yang ia miliki itu sesuai dengan keinginannya, bahkan sesuai dengan hawa nafsunya. Sedangkan orang yang merasa diamanahi akan memperlakukan apa yang ada padanya itu sesuai dengan keinginan atau kehendak yang mengamanahi.
Sebagai contoh, kita punya uang dan kita merasa ini uang milik kita sehingga kita merasa bebas mau belanja apa saja dengan uang itu sesuai keinginan kita. Tapi, berbeda jika uang yang kita pegang itu uang amanah dari pihak lain, maka kita akan sadar bahwa uang tersebut tidak boleh digunakan sesuai keinginan kita, melainkan harus sesuai dengan maksud yang mengamanahkan.
Demikianlah dalam hidup ini, apa yang kita miliki sesungguhnya adalah amanah dari Alloh Swt. Harta kekayaan kita hakikatnya bukanlah milik kita, melainkan amanah dari Alloh. Sehingga menggunakannya pun harus sesuai dengan apa yang Alloh ridhoi. Bagi yang sudah dikaruniai anak, maka anak bukanlah milik kita melainkan amanah dari Alloh. Oleh karena itu, didiklah dan bimbinglah anak kita ke jalan yang Alloh ridhoi.
Saudaraku, apa yang kita punya adalah amanah dari Alloh Swt. Semoga kesadaran akan hal ini bisa membuat kita semakin mawas diri dalam hidup di dunia ini, agar yang kita lakukan ada dalam keridhoan Alloh Swt. Aamiin yaa Robbal’aalamiin.[]
Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.
Alloh Swt. berfirman, “Berimanlah kamu kepada Alloh dan Rosul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Alloh telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al Hadiid [57] : 7)
Penting untuk kita menyadari bahwa apa yang kita miliki bukanlah milik kita. Tiada lain kita hanyalah diamanahi saja oleh Alloh Swt. Ada perbedaan yang sangat besar antara merasa memiliki dengan merasa diamanahi.
Orang yang merasa memiliki cenderung memperlakukan apa yang ia miliki itu sesuai dengan keinginannya, bahkan sesuai dengan hawa nafsunya. Sedangkan orang yang merasa diamanahi akan memperlakukan apa yang ada padanya itu sesuai dengan keinginan atau kehendak yang mengamanahi.
Sebagai contoh, kita punya uang dan kita merasa ini uang milik kita sehingga kita merasa bebas mau belanja apa saja dengan uang itu sesuai keinginan kita. Tapi, berbeda jika uang yang kita pegang itu uang amanah dari pihak lain, maka kita akan sadar bahwa uang tersebut tidak boleh digunakan sesuai keinginan kita, melainkan harus sesuai dengan maksud yang mengamanahkan.
Demikianlah dalam hidup ini, apa yang kita miliki sesungguhnya adalah amanah dari Alloh Swt. Harta kekayaan kita hakikatnya bukanlah milik kita, melainkan amanah dari Alloh. Sehingga menggunakannya pun harus sesuai dengan apa yang Alloh ridhoi. Bagi yang sudah dikaruniai anak, maka anak bukanlah milik kita melainkan amanah dari Alloh. Oleh karena itu, didiklah dan bimbinglah anak kita ke jalan yang Alloh ridhoi.
Saudaraku, apa yang kita punya adalah amanah dari Alloh Swt. Semoga kesadaran akan hal ini bisa membuat kita semakin mawas diri dalam hidup di dunia ini, agar yang kita lakukan ada dalam keridhoan Alloh Swt. Aamiin yaa Robbal’aalamiin.[]
Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)