Selasa, 15 November 2016

Dua Tanda Dosa

Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Alloh Swt. Semoga Alloh Yang Maha Mengetahui segala kejadian menggolongkan kita sebagai orang-orang yang ihsan, selalu merasa disaksikan oleh Alloh. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.
Ketika kita melakukan kemaksiatan atau dosa, maka ada dua tandanya yang akan muncul dalam hati kita, terasa oleh kita. Pertama, resah gelisah. Kedua, rasa takut jika sampai diketahui orang lain.
Dosa itu menimbulkan kegelisahan, karena dosa itu seperti noda tinta yang mengotori kain putih bersih, dosa menodai hati sehingga hati menjadi kotor, keras dan buta. Dampaknya, tidak merasakan nikmatnya ibadah, tidak terasa nikmatnya munajat kepada Alloh, sulit menerima nasehat. Ketika seseorang berbuat dosa, apalagi semakin tinggi intensitasnya dan lebih parahnya sudah terbiasa berbuat dosa, maka ia semakin jauh dari mengingat Alloh dan semakin jauh dari ketenangan.
Alloh Swt. berfirman, “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan berzikir (mengingat) Alloh. Ingatlah, hanya dengan mengingat Alloh hati menjadi tentram.” (QS. Ar Ra’du [13]: 28).
Orang yang berbuat dosa juga semakin kering hatinya karena menjauh dari keikhlasan. Ketika ia merasa takut perbuatannya diketahui orang lain, maka ia akan menyembunyikan dirinya dalam sandiwara dan dusta. Sedangkan sekali dia berdusta, maka akan semakin banyak dustanya karena ia harus menutupi dusta demi dusta yang sudah ia lakukan. Akhirnya, yang ia fokuskan hanya perhatian makhluk terhadap dirinya, bukan perhatian Alloh kepadanya. Yang lebih ia takutkan perhatian makhluk, bukan perhatian Alloh terhadapnya.
Saudaraku, ketika dua tanda ini muncul terasa pada hati kita, ini adalah alarm untuk kita agar segera bertaubat. Semoga kita termasuk hamba-hamba Alloh yang Alloh berikan kekuatan untuk peka memahami sinyal-sinyal dosa dan bersegera mentaubatinya. Sesungguhnya Alloh Maha Penerima Taubat. Aamiin yaa Robbal’aalamiin.[]

Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.
Editor : Rashid Satari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar